![]() |
Penampakan Buku Kepunahan Keenam |
Judul buku : Kepunahan Keenam (sebuah sejarah tak alami)
Karya : Elizabert Kolbert
Jumlah Halaman : 312 Hlm
Gendre : Karya Ilmiah
Penerbit : Gramedia Pustaka Utama
Buku dengan judul “Kepunahan Keenam: Sebuah Sejarah Tak Alami” ini ditulis oleh Elizabeth Kolbert dan diterjemahkan kedalam bahasa Indonesia oleh Zia Anshor. Buku ini diterbitkan oleh PT Gramedia Pustaka Utama pada tahun 2020.
Buku dengan judul asli The Sixth Extinction: An Unnatural History (diterjemahkan menjadi Kepunahan Keenam: Sebuah Sejarah Tak Alami) ini merupakan gagasan kepunahan keenam dari Elizabeth Kolbert yang di tuangkan dalam bentuk buku.
Kolbert memadukan antara liputan langsung, sejarah gagasan, serta karya para ahli geologi, botani dan biologi laut untuk menyampaikan kisah pilu beberapa spesies yang hampir punah maupun spesies-spesies yang sudah punah.
Sehingga tak heran jika buku ini mendapatkan penghargaan sebagai pemenang hadiah pulitzer yang merupakan salah satu penghargaan paling bergengsi di Amerika pada tahun 2015.
Awal buku ini menceritakan tentang kemunculan satu spesies yang akhir-akhir ini dikatakan menjadi penyebab kepunahan beberapa spesies lain yang ada di bumi ini.
Mungkin ribuan tahun yang lalu tidak ada yang membayangkan bahwa planet yang kita singgahi ini akan berubah sedemikian sehingga menjadi sekarang ini, Manusia adalah satu-satunya aktor utama yang dapat melakukannya, sebab manusia mampu mendekorasi alam selakyaknya properti yang bisa digunakan semena-mena tanpa adanya etika dalam lingkungan. Pandangan antroposentris digadang-gadang telah terpatri dalam diri manusia. Manusia beranggapan bahwasanya spesies mereka menjadi pusat alam semesta sehingga boleh mengotak-ngatik alam. Hal ini menyebabkan disequilibirium atau ketidak seimbangan manusia dan alam. Manusia seolah-olah memisahkan entitas dirinya dengan alam. Padahal secara tidak langsung manusia adalah bagian dari alam itu sendiri.
Sebelum membaca buku saya membayangkan akan di ceritakan secara runtut dari kepunahan pertama sampai kepunahan keenam. ternyata tidak bagian pertama buku ini menceritakan kepunahan spesies Katak Panama Emas di kota El Valle de Anton, Panama Tengah.
Bagian selanjutnya menjelaskan tentang penemuan berbagai fosil yang mirip gajah. Ada gagasan yang mengatakan bahwa hewan dapat berubah bentuk(transformisme)."bebek menyelam menjadi ikan, ikan yang naik ke daratan menjadi bebek" gagasan ini di tentang oleh Goerge Cuvier yang menganut teori katastrofisme.
Teori ini mengatakan bahwa terdapat kekerasan dan bencana (katastrofi) alam yang tiba-tiba, seperti banjir. Akibatnya, tumbuhan dan hewan-hewan yang hidup di tempat terjadinya peristiwa-peristiwa tersebut menjadi mati.
Charles Lyell seorang ahli geologi muda asal Inggris berpendapat bahwa organisme yang telah punah dapat muncul kembali dalam keadaan yang pas. Spesies musnah dan terbentuk oleh "sebab-sebab yang berjalan lambat dan masih bekerja", artinya melalui persaingan dan seleksi alam menurut gagasan Charles Darwin.
Setiap yang hidup sekarang adalah keturunan suatu organisme yang entah bagaimana bertahan hidup sesudah tabrakan. Namun itu bukan berarti mereka (atau kita) lebih sesuai.
Antroposen adalah kala yang bermula ketika aktivitas manusia mulai memiliki pengaruh global terhadap ekosistem Bumi(Bagi ahli geologi, kala adalah bagian zaman, zaman adalah bagian dari masa. Contohnya, Holosen adalah kala dalam Zaman Kuarter, yang merupakan zaman pada masa Kenozoikum).
Sejak awal revolusi industri, manusia telah membakar cukup banyak bahan bakar fosil sehingga menambah sekitar 365 milliar ton karbon dioksida ke atmosfer. Penggundulan hutan menambah sekitar 180 milliar ton. Tiap tahun, kita menambah sekitar sembilan miliar ton, dan jumlah itu naik sampai enam persen per tahun.
Jika kecenderungan sekarang berlanjut konsentrasi CO² akan terus naik. Diperkirakan kenaikan seperti itu akan menghasilkan suhu yang akan mengakibatkan pemicu terjadinya berbagai peristiwa yang mengubah dunia, termasuk lenyapnya sebagian besar gletser yang masih ada, tenggelamnya pulau-pulau rendah dan kota-kota pantai dan melelehnya lapisan es Antartika.
Masih ada banyak peristiwa lagi yang di jelaskan dalam buku ini, mengapa spesies di kawasan tropis lebih banyak daripada di daerah non tropis?, laju kepunahan zaman dan laju kepunahan latar alami, Pangaea baru, ultrasonografi badak, kera besar yang di katakan sebagai kerabat manusia, serta benda berbulu.
Di akhir buku ini disebutkan terdapat dua kemungkinan dari kepunahan yang kita sebabkan sendiri. Yang pertama adalah bahwa kita akan celaka karena "perubahan bentang ekologis".
Dan kemungkinan lainnya adalah bahwa kepintaran manusia dalam merombak alam akan mengalahkan bencana apapun yang di sebabkan kepintaran manusia itu sendiri. Contohnya, Saat ini, beragam opsi tengah dibangun dan ditawarkan sebagai alternatif mengatasi krisis iklim, mulai dari rekayasa atmosfer, menebarkan sulfat di stratosfer untuk memantulkan cahaya matahari kembali ke antariksa, atau menyemburkan titik-titik air di atas kawasan Pasifik untuk mengurangi kepekatan awan, hingga migrasi ke planet lain sebagaimana upaya Elon Musk dan ilmuwan-ilmuwan lainnya.
Pilihan terakhir, untuk bermigrasi ke planet entah berantah itu, bagi Kolbert, bukan merupakan pilihan yang bijak. Sebaliknya, beragam upaya untuk terus bertahan di planet bumi harus diyakini bersama sebagai langkah evolusioner yang terus terbuka dan menjadi warisan penting umat manusia.
Tak kalah pentingnya, optimisme seperti inilah yang menjadi faktor pembeda homo sapiens dibanding makhluk lain di muka bumi. Medan juang sesungguhnya adalah planet bumi, betapapun sedang lebam dan koyak kondisinya oleh ulah manusia sendiri. Kita seyogigaya perlu merubah aktifitas kita mulai dari hal yang kecil supaya menyelamatkan bumi dari kepunahan keenam.
![]() |
Muhammad Khoirur Rozikin Mahasiswa yang Sedang Menempuh Pendidikan di Unugiri Bojonegoro Aktif Sebagai Anggota LPM Spektrum |
0 Komentar