Merekam Persahabatan Antara Bangsa Pribumi dan Belanda Pada Zaman Kolonialisme

  




Judul Buku : Oeroeg

 Pengarang : Hella S. Haasse

Penerbit : Gramedia

 Cetakan : Pertama, Oktober 2009

Jumlah Halaman : 144 halaman

ISBN : 978-979-22-4986-6

 â€˜â€™â€¦lebih tinggi atau lebih rendah karena warna kulit wajahmu atau karena siapa ayahmu-itu omong kosong. Oeroeg kawanmu, kan? Kalau memang ia kawanmu bagaimana bisa ia lebih rendah dibanding kau atau yang lain?’’

 Cuplikan di atas adalah salah satu dialog di dalam buku berjudul Oeroeg. Buku yang berukuran 11 x 18 cm dengan cover bergambar dua anak kecil, menceritakan sebuah kisah yang sangat mengena di dalam hati pembacanya. Buku Oeroeg dibaca ‘’urug’’ bercerita tentang persahabatan seorang anak berdarah Eropa tanpa nama sebut saja “aku’’dengan anak asli pribumi bernama Oeroeg, yang menimbulkan pro kontra di dalam cerita ini. Persahabatan yang awalnya di tentang oleh ayah “aku’’ karena Oeroeg seorang pribumi. Aku pun mulai disekolahkan oleh orang tuanya dan dilarang bermain dengan Oeroeg karena takut sikapnya akan berubah seperti pribumi. Namun, hal itu lama kelamaan sudah tak lagi di bahas oleh sang ayah. Dikarenakan ayah ‘’aku’’ merasa bersalah setelah peristiwa meninggalnya ayah Oeroeg di Telaga Hideung karena terlilit tanaman air lalu tenggelam saat hendak menyelamatkan ‘’aku’’. Semenjak peristiwa tersebut keluarga Oeroeg terpaksa harus pindah, karena ayahnya sudah tidak lagi menjadi mandor dan bekerja kepada administrateur (ayah ‘’aku’’). Administrateur adalah pengurus perkebunan pada zaman Hindia Belanda. Tak lama kemudia orang tua aku berubah pikiran dan menempatkan Oegoeg untuk tinggal di kamar jongos. Setelahnya, Oeroeg dan aku sama-sama menikmati masa kecil bersama dengan berbagai tantangan, seperti menerobos hutan, bermain lalu mandi di sungai, sampai dengan mengoleksi perangko dan buku-buku terlarang. Tak hanya itu Oeroeg pun akhirnya bisa bersekolah di Holland Inlandse School (HIS) dan mulai menikmati masa remajanya, begitupula tokoh aku.

 Hingga suatu ketika tokoh aku harus pindah kesebuah pondok yang di asuh oleh seorang wanita bernama Lida, tokoh aku merasa sedih, kesepian, dan murung karena harus berpisah dengan sahabatnya Oeroeg. Sehingga Lida menyarankan ayah aku untuk membawa Oeroeg ke pondokan itu juga. Lida sangat terpesona dan senang dengan kedatangan Oeroeg, begitu pula tokoh aku. Terkadang tokoh aku dengan Oeroeng sesekali mengunjungi keluarga Oeroeg di kampung. Hingga tiba masanya Oeroeg lulus dari HIS, begitu pula dengan tokoh aku yang lulus dari sekolahnya. Lida meyarankan Oeroeg untuk lanjut ke sekolah kedokteran, dan Oeroeng setuju itu.

Pada saat Oeroeg bersekolah di kedokteran, ia memiliki teman karib bernama Abdullah yang merupakan keturunan campuran Arab. Sedangkan aku tinggal di asrama bersama para keturunan Eropa lainnya, aku merasa tidak nyaman bersama mereka. Hingga suatu saat Oeroeng di pindahkan ke asrama tempat aku tinggal, dan di situlah deskriminasi antara keturunan Eropa dan inlander (pribumi) terasa dan mulai aku sadari. Singkat cerita, Oeroeng dan Lida pindah ke Surabaya bersama keluarga Abdullah. Semenjak itu lah aku merasakan Oeroeng mulai keritis dengan pemerintahan saat itu.

Waktu terus berlalu, dan aku pun pergi ke Holand dan mulai melamar di pemerintahan Hindia, berharap dapat bertemu Oeroeng kembali.

 Namun, selama menyusuri jalanan Batavia tak sedikitpun aku melihat Oeroeg dan hanya sekilah melihat Abdullah, yang tiba-tiba hilang ditengah kerumunan manusia. Aku masih merindukan Oeroeg teman sekaligus sahabat masa kecilku, hingga saat aku berpatroli aku melewati daerah yang penuh kenangan, daerah tempatku tinggal dulu bersama Oeroeg di Kebon Jati, dan mendatangi Telaga Hideung berharap bertemu Oeroeg kembali.

 â€˜â€™Apakah sudah terlambat, apakah aku selamanya akan jadi orang asing di tanah kelahiranku, di bumi yang tak pernah ingin kutinggalkan? Waktu yang akan menjawab.’’

 Berikut merupakan sedikit banyak kisah di dalam buku berjudul Oeroeg. Buku karangan Hella S. Haasse ini awalnya dalam bentuk bahasa Belanda dan akhirnya di terjemahkan dalam bahasa Indonesia oleh Indira Ismail. Lalu pada tahun 2009, PT Gramedia Pustaka Utama menerbitkan buku Oeroeg ini di Jakarta, Oktober 2009. Hasil terjemahannya sangat mudah dipahami, karena menggunakan gaya bahasa yang sederhana. Untuk istilah-istilah seperti inlander, administrateur, dan yang lainnya sudah di jelaskan artinya di halaman 143-144.


Noviana Putri Anggraini
Aktif Ikatan Pelajar Putri Nahdatul Ulama (IPPNU) Gayam,
menjalani kehidupan sehari-hari sebagai mahasiswa
UNUGIRI BOJONEGORO jurusan Bimbingan Konseling


Posting Komentar

0 Komentar