Kisahkan Seorang Remaja yang Bermasalah Mentalnya hingga Menemukan Jati Diri Novel Semusim dan Semusim Lagi


Ilustrasi Gramedia

 Judul buku: Semusim dan semusim lagi

Pengarang: Andina Dwifatma

Penerbit: PT Gramedia Pustaka Utama

Tahun tertib: April 2013

Tebal buku: 235 Halaman


Buku Semusim dan semusim lagi ini di karang oleh Andina Dwifatma dan memenangi sayembara mengarang novel dewan kesenian Jakarta pada 2012. Novel tersebut masuk kedalam daftar buku terbaik pilihan tempo pada 2014 dan setahun kemudian, Andina terpilih sebagai salah satu Emerging Writers pada ajang Ubud Writers and Readers Festival 2015. Dia juga sudah menelurkan karya sebanyak 3 buku selain novel Semusim dan semusim lagi ada novel Lebih Senyap dari Bisikan kemudian yang baru terbit pada tahun ini merupakan kumpulan Essainya yang sudah dibukukan dengan judul Menua dengan Gembira.

Buku ini menceritakan tentang seorang anak yang menerima dua surat lembar. Yang pertama adalah surat dari universitas swasta tempat dia mendaftar sebagai mahasiswa jurusan sejarah, sisanya amplop cokelat tipis persegi panjang. Di depannya tertulis " kepada… (namaku) Di… (Kota tempatku tinggal)." Tanpa nama pengirim. Nama dan alamatnya tidak di tulis tangan, melainkan diketik rapi diatas sepotong kecil kertas polos. Dia sangat penasaran dengan surat misterius itu, lalu ia buka dan baca surat itu ternyata dari seorang laki-laki yang mengaku sebagai ayahnya. Anak itu kaget, karena dari dulu dia selalu tinggal dengan ibunya dan tidak pernah merasakan kehadiran sosok ayahnya. Lalu dia merogoh amplop, mencari kartu nama teman yang dibilang ayahnya di surat itu. J.J Henri. Ada Alamat dan nomor teleponnya. 

Anak itu bertekad untuk pergi kekota S demi bertemu ayah yang tak pernah dijumpainya sejak kecil. Selembar foto dan sebuah alamat memandunya menyusuri kota S dan bertemu orang-orang yang tak pernah dia bayangkan: J.J. Henri, pria pet yang memberinya pelukan pertamanya; Oma jaya, seorang nenek tetangga yang meyakini suaminya telah bereinkarnasi jadi ikan mas koki; muara, lelaki pertama yang membisikkan tentang cinta; sobron, si ikan raksasa yang senang berteka-teki dan tentu saja, seorang ayah yang selama ini diam-diam selalu ia nanti. Yang menarik dari buku ini adalah gaya penceritaan yang sangat luwes dan gampang dicerna oleh semua orang, terdapat diksi-diksi yang mengalir dan juga sekilas membicarakan beberapa buku karya sastrawan dunia dan judul-judul film. Novel surealis dengan tokoh yang tak disebutkan namanya mengantarkan kita bagaimana pahitnya menjalani hidup, apalagi sejak sedari kecil si tokoh utama yang tak disebutkan namanya hanya tinggal dengan ibunya dan diasuh oleh bibinya.

Cerita lengkapnya bisa dipinjam ke perpustakaan Jenggala.

Sekian terima kasih.




Aniswatul Ulya
Aktif dalam Komunikasi
Sematta Sastra Puisi
dan menjalani Kehidupan
Sehari-hari sebagai mahasiswa IKIP Bojonegoro jurusan sastra Indonesia








Posting Komentar

0 Komentar