Mengenal Lebih Dekat Matilda Sang Kutu Buku Cilik






 Novel MATILDA

Pengarang :  Roald Dahl

Tahun : 1988

Matilda merupakan novel anak termasyhur di dunia yang pertama terbit di tahun 1988.

Novel ini merupakan hasil cipta dari Sastrawan asal Britania raya bernama Roald Dahl. Roald Dahl juga merupakan seorang atlet alamiah, pilot ulung Angkatan Udara Inggris pada masa PD II, dan seorang fotografer yang berbakat. Ia memfokuskan penulisannya dalam bentuk karya fiksi dari sudut pandang anak-anak–yang meskipun ada beberapa karya tulisannya memuat isu yang lain.

 mengkisahkan anak perempuan bernama Matilda yang berusia sekitar 5-6 tahun yang sangat doyan membaca. Ia gemar membaca buku-buku yang berjibun di perpustakaan daerahnya. Matilda menghabiskan waktu senggangnya dengan membaca buku penulis termasyur seperti George Orwell, Charles Dickens, Ernest Hemingway, dan bala-balanya. Anak sebocil itu mampu merampungkan buku seisi perpustakaan. Walakin, kemampuan Matilda tak mendapat validasi dari kedua orang tuanya. Karena mereka berdua– si orang tua Matilda beranggapan memiliki anak perempuan layaknya ketombe dan tak ada gunanya. Matilda kerap ditinggal ayahnya yang bekerja sebagai bandar mobil dan ditinggal ibunya asyik bermain Bingo bersama teman-temannya, sehingga membikin Matilda menjadi gabut, Hingga ia melampiaskan kegabutannya dengan membaca kelindan buku di rak perpustakaan dan bahkan ia meminjam buku-buku d yang ada di perpustakaan untuk diboyong di rumah menggunakan kereta dorong agar dibaca di rumah.

Matilda tinggal di sebuah desa kecil di Buckinghamshire. Matilda lahir di keluarga yang berkecukupan. Ia mempunyai ayah dan ibu yang bernama tuan dan nyonya Wormwood. Ia anak paling bungsu dari dua bersaudara dan memiliki kakak laki laki yang berumur 5 tahun lebih tua darinya. Walakin, tuan dan nyonya wormwood salah satu potret keluarga yang toksik. Bagaimana tidak mereka berdua memperlakukan anak sejenius matilda itu selayaknya ketombe.

Sejak kecil matilda sudah menunjukan sifat kedewasaanya, di umur 2 tahun matilda sudah fasih berbincang-bincang dan berlanjut dengan lancarnya ia membaca saat ia menginjak umur 3 tahun. Ia juga sudah menghabiskan semua buku anak di perpustakaan yang dijaga oleh nyonya Philips. Bahkan si kecil ini mampu melahap buku klasik yang mempunyai ketebalan luar biasa –tanpa gambar hanya kelindan tulisan seperti kumpulan coretan karya Great Expectations dan Jane. Eyre. Namun, secara emosional orang tua matilda justru mengabaikan dan melecehkan serta menolak untuk mengakui kemampuan anaknya.

Hal itu membuat matilda tergerak untuk membalas perbuatan orang tuanya sebagai bentuk pengajaran. Mulai dari memberikan lem ke topi ayahnya, memberi warna ke rambut ayahnya, menakuti semua isi rumah dengan mesimulisasikan burung beo seperti pencuri dan hantu, agar dia tidak frustasi dengan tekanan yang didapatinya. Sungguh kenakalan anak-anak yang lumrah dilakukan.

 Setelah berusia 5 tahun matilda mulai bersekolah dan memiliki banyak teman serta keluarga baru.

Jennifer Honey merupakan  

guru muda yang cantik, baik serta perhatian terhadap anak didiknya terlebih kepada matilda. Nona Honey bisa dikata orang yang paling dekat dengan matilda saat di sekolah. Atas dasar kekagumannya, Nona Honey terhadap matilda karena kepandaiannya yang melebihi anak di usianya. Nona honey juga berniat memindahkan Matilda ke kelas yang lebih tinggi, namun hal itu ditolak secara blak-blakan oleh nyonya Agatha Trunchbull, si kepala sekolah yang kejam, bengis, dan kasar. 

Lantas Nona Honey mencoba membicarakan kepandaian matilda keluarga Wormwood. Tetapi jawaban keluarga wormwood sungguh diluar dugaan nona honay. Keluarga wormwood tidak memperdulikan kecerdasan si Matilda, mereka berspekulasi bahwa, Pendidikan itu tidak penting bagi wanita. Tugas wanita hanyalah mempercantik diri dan berdandan ria, hanya dengan itulah wanita dapat mendapatkan hidup yang layak dengan bersuamikan orang kaya.

Disekolah matilda kerapkali menyaksikan kekerasan yang menimpa saban murid di sekolahnya dari nyonya Trunchbull. Mulai dari hukuman yang diberikan nyonya Truchbull terhadap anak bernama Amanda Thripp karena memakai kuncir, karena ia memang tidak menyukai gadis berambut panjang. Seorang anak laki-laki bernama Bruce Bogtrotter yang dipaksa memakan kue yang sangat lebar, karna ketahuan mencuri kue nyonya Trunchbull, serta memukul kepalanya dengan Loyang kaca besar. Kejadian demi kejadian terus berlanjut, hukuman hukuman yang diberikan nyonya Trunchbull pun semakin tak bisa dijelaskan.

Lantas disuatu hari yang tak disangka-sangka, lavender teman m

Matilda mengerjai nyonya Trunchbull dengan memasukan kadal kedalam minumannya. Yang membuat kepala sekolah yang keji itu ketakutan untuk pertama kalinya. Tak sampai disitu, Matilda dengan kekuatan telegenesisnya berhasil menumpahkan wadah (semacam gelas) itu hingga membikin kadal itu jatuh ke baju nyonya Trunchbull yang membuatnya pingsan. Matilda pun mencoba menjelaskan kekuatanya itu kepada Nona Honey.

Kejadian itu membuat matilda semakin dekat dengan Nona Honey. Sehingga Nona Honey mengajak matilda main ke rumahnya. Dengan senang hati Matilda main ke rumah Nona Honey, disitulah Nona Honey mulai bercerita tentang dirinya dan masa lalunya. Mulai dari ayahnya yang meninggal dengan cara yang aneh, bibi dari Nona Honey adalah nyonya Trunchbull, dan yang membikin kaget, ternyata nyonya Trunchbull telah menjadikan nona honey layaknya pembantu selama kisaran waktu 10 tahun serta mengambil semua harta dan tabungan milik Magnus mendiang ayah nona honey. Hal itu membuat matilda ingin membalaskan dendam gurunya tersebut. Matilda selalu mempelajari keahlian telegenesisnya berhari hari.

Lantas pada waktu pelajaran nyonya Trunchbull, matilda mulai melancarkan rencananya dengan menyamar menjadih arwah “MAGNUS” ayah nona Honey. Matilda berkonsentrasi terhadap kapur tulis, mengangkatnya dengan kekuatan magicnya dan menuliskan semungil tulisan dipapan tulis nama kecil nyonya truncbull dengan coretan “Agatha aku magnus, aku magnus. Cepat kembalikan harta milik Jenny Agatha,cepat kembalikan uang,rumah,dan sebagainya kepada janny anakku…..!”, perbuatan yang dilancarkan Matilda mampu membuat Nyonya Truncbull pingsan. Dan setelah kejadian itu Nyonya Truncbulln tak pernah kelihatan batang hidungnya lagi dan tak ada lagi di sekolahnya Matilda.

Dan akhirnya rumah dan seiisinya kembali menjadi milik Nona Hohey sepenuhnya. Kini, Nyonya Honey lah yang menjabat menjadi kepala sekolah Matilda. Dan Matilda berhasil dipindahkan ke kelas yang berisikan anak berusia 11 tahun. Namun dilain sisi matilda mulai kehilangan kekuatanya. Nona Honey memiliki teori, bahwa sebelumnya matilda memiliki daya kemampuan otak yang besar tetapi hal yang di hadapi matilda sangatlah ringan, ini membikin otak matilda secara tidak langsung berekperimen dengan hal yang luar biasa. Dan sekarang saat matilda bergabungan dengan anak yang memiliki daya otak setara dengan dia, itu membuat otaknya lebih terfokus pada apa yang dihadapi dan meninggalkan kemampuan telegenisisnya itu. 

Matilda kemudian terus mengunjungi Miss Honey di rumahnya secara Istiqomah. Sampai pada suatu hari, ketika ia pulang, ia menemukan orang tua dan kakak laki-lakinya tergesa-gesa berkemas untuk berangkat ke Spanyol. Nona Honey menjelaskan alasan keluarga Matilda ingin pergi ke Spanyol, sebab polisi telah mengetahui bahwa Wormwood telah menjual mobil curian. Matilda pun meminta izin untuk tinggal bersama Miss Honey, dan disetujui oleh orang tuanya. Matilda dan Miss Honey menemukan akhir bahagia mereka. Sedangkan, keluarga Wormwood pergi dan tidak pernah terlihat lagi.


Secara keseluruhan cerita ini memikat banyak orang dan sangat releteble dengan kehidupan sehari-hari. Bagaimana tidak, kisah Matilda merupakan contoh potret pengasuhan orang tua yang toksik yang jamak dialami oleh anak-anak di seluruh dunia. Matilda adalah salah satu contoh dari sekian anak di seluruh dunia yang kekurangan bentuk kasih sayang dari orang terdekatnya. Begitupun sindiran keras terhadap sistem pendidikan yang bebal untuk anak-anak. Kekerasan yang menimpa teman-teman Matilda di sekolah merupakan salah satu bentuk pendidikan yang kacau. Apakah kalian merasakan apa yang Matilda rasakan? entah merasakan terlahir dari keluarga toksik, sekolah yang toksik, maupun anak-anak yang doyan membaca jibunan buku?. Tanyakan pada diri sendiri.



Rahmanda Nur Aditya Putra
Aktif Berniaga dan Pembaca ulung
Aktif sebagai Mahasiswa Unugiri
Prodi PAI


Posting Komentar

0 Komentar